Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gus Baha:Mari Persiapkan Diri Sebelum Bulan Ramadhan Datang

Bagaimana cara mempersiapkan diri sambut bulan suci Ramadan menurut Gus Baha? 
Ramadan sebentar lagi hanya hitungan hari, umat muslim di seluruh dunia bersiap menyongsong kehadiran bulan suci dalam agama Islam ini.
Tidak terkecuali umat Islam yang ada di tanah air, sebab Ramadhan adalah bulan penuh rahmat serta ampunan.
Di bulan Ramadan juga umat muslim melakukan ibadah puasa yang merupakan salah satu dari rukun Islam.
Menurut syariat Islam, puasa Ramadan hukumnya fardhu diwajibkan untuk Muslim yang sudah baligh.

Kecuali untuk mereka yang berhalangan seperti sakit, dalam perjalanan, hamil, lanjut usia, menyusui ataupun sedang mengalami haid untuk perempuan

Selama bulan Ramadan pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu.

Sehingga orang yang berpuasa akan berlomba-lomba meningkatkan amal ibadahnya sebab terlepas dari godaan setan dan berlipat pahala yang didapat.

Dalam menyongsong bulan suci Ramadan, setiap negera memiliki tradisi masing-masing.

Di tanah air, persiapan menyambut Ramadan memiliki tradisi yang berbeda di setiap daerah baik persiapan secara lahir ataupun bathin.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, ataupun lebih dikenal dengan nama Gus Baha, yaitu ulama yang berasal dari Rembang yang dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir menerangkan tentang menyambut bulan Ramadan.

Yaitu dengan mempersiapkan diri mendalami kajian literatur dari para ulama terdahulu.

Hal itu disampaikan Gus Baha saat berbincang dengan Najwa Shihab dan mantan Menteri Agama Quraish Shihab dalam kanal youtube Najwa Shihab.

Menurut Gus Baha, bahwa Allah tidak hanya berfirman “Tunjukan kami jalan yang lurus” semata. Namun Allah juga berfirman kalau jalan yang benar adalah jalan mereka yang sudah Allah beri nikmat.

"Kita tidak bisa shaleh tanpa meniru orang terdahulu. Kita tidak bisa baik tanpa meniru orang terdahulu, ” ungkap Gus Baha

Gus Baha pula menerangkan menyambut bulan suci dalam tradisi pesantren, kalau untuk mendalami literatur ulama terdahulu seluruh penghuni pesantren akan mengaji kitab dengan lebih banyak selama bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lain.

"Jika tradisi di kami, di pesantren, misalnya satu kiai ngajar 2-3 kitab selesai salat fardhu. Bisanya jika Ramadan ini full. Sebab ini untuk memenuhi orang Indonesia bisa berkahnya Ramadan, jika kita belajar kitab ataupun membacakan kitab ke masyarakat biar tau triknya niatnya orang dahulu saat puasa ataupun cara pandang orang dahulu tentang puasa,” paparnya.

Gus Baha menerangkan dari tradisi pesantren tersebut, seseorang diharapkan sanggup membekali dirinya dengan penjelasan yang lebih jernih terhadap Ramadan.

Tidak hanya itu baginya cara pandang Ramadan secara benar bisa didapatkan saat seseorang berpuasa.

"Sehingga bisa merasakan lapar dan betapa sakitnya orang miskin yang lapar, menghormati makanan sebab begitu nikmat.
Ketika puasa melihat makanan yang kita sepelekan pada saat tidak puasa, saat Ramadan istimewa semua. Apalagi air juga istimewa gedang (pisang) goreng istimewa,"ucapnya
"Ada syukur yang luar biasa. Itu jika tidak baca literatur ulama terdahulu, kita tidak akan ketahui" pungkasnya.